Saturday 13 December 2014

JOKO TINGKIR YANG MELEGENDA

0 comments

 

Komplek Pemakaman Butuh di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, terletak sekitar 10 kilometer dari Kota Solo. Jalan menuju ke pemakaman itu tidak terlalu bagus. Jalannya berlubang-lubang dan sempit, sekitar tiga hingga empat kilometer dari kompleks pemakaman itu. Suasana di kompleks pemakaman sangat teduh. Sebuah pohon besar berdiri tegak menaungi masjid kecil bercat krem yang cukup terawat. Jalan masuk menuju gerbang pemakaman yang berlapis semen juga rapi dan bersih. Meski demikian, kesan bersahaja tetap tampak jelas.  Di kompleks inilah terletak makam penguasa Keraton Pajang (1550-1582) yang bergelar Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir. Pria yang pada masa kecilnya bernama Mas Karebet ini dikenal sebagai salah satu cikal bakal raja Jawa. Kerajaan yang dipimpinnya adalah embrio kerajaan Mataram yang selanjutnya berkembang lagi menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Untuk masuk ke bagian dalam kompleks pemakaman, pengunjung harus melepaskan alas kaki. Di sebelah dalam kompleks pemakaman yang dikelilingi tembok itu terdapat lebih dari 20 pusara. Sembilan pusara di antaranya berada di dalam rumah tua yang ada di dalam kompleks pemakaman. Pusara Joko Tingkir berada pada bagian tengah rumah. Di dalam rumah yang alasnya sudah bertegel itu juga terdapat pusara orangtua Joko Tingkir, yakni Ki Kebo Kenanga dan Nyi Kebo Kenanga. Selain pusara, di halaman kompleks pemakaman terdapat kotak kaca yang di dalamnya berisi batang kayu yang sudah kropos. Batang kayu tua ini diyakini pernah dipakai Joko Tingkir pada abad ke-16 saat menuju Butuh melalui Bengawan Solo untuk berguru pada Ki Ageng Butuh. Sama dengan ayah Joko Tingkir, Ki Kebo Kenanga, Ki Ageng Butuh juga berguru pada Syeh Siti Jenar, tokoh sufi yang dihukum mati oleh Wali Songo. Perjalanan hidup Joko Tingkir yang pernah menjadi raja menyebabkan makamnya kerap dikunjungi orang, mulai dari rakyat jelata hingga pejabat di daerah maupun di pusat. Bahkan, tidak sedikit orang yang secara khusus bersemadi selama berhari-hari di makam yang dianggap keramat. Selain itu, orang sering mendatangi makam tokoh, seperti Joko Tingkir, karena raja dalam tradisi Jawa bukan sembarang orang. Ia harus kejatuhan wahyu kedaton terlebih dahulu. Dengan kata lain, seseorang harus mendapat anugerah dari kekuatan adikodrati sebelum menduduki takhta kekuasaan. Lebih dari itu, seorang raja juga harus memiliki kedekatan dengan kekuatan adikodrati. Tak mengherankan, kisah raja yang sebelum berkuasa mendapat anugerah adikodrati dan berkemampuan membina hubungan secara kontinu dengan penguasa alam gaib sangat sering didapati dalam legenda raja Jawa.  SEORANG pemuda asli Kota Solo, Adam (21), mengatakan, ia pernah semadi di makam Joko Tingkir selama dua hari saat usianya masih 17 tahun. Tidak ada keinginan apa pun yang melandasinya untuk nglakoni (laku) di makam Joko Tingkir selain rasa ingin nglakoni itu sendiri. “Waktu itu malam Jumat Kliwon. Saya hanya sanggup semalam,” ujarnya. Seorang kerabat dekatnya, menurut Adam, juga pernah melakukan semadi di kompleks pemakaman Joko Tingkir. Berbeda dengan Adam yang hanya bertahan semalam, kerabat dekat Adam ini sanggup hingga sebelas malam berturut-turut. “Orang yang nglakoni di makam Joko Tingkir biasanya memang didorong motivasi yang bermacam-macam,” ujarnya. Adam mengaku tidak mau mengharapkan apa pun dari lakunya di makam Joko Tingkir karena takut melawan hukum agamanya, yakni Islam. “Orang hanya boleh berharap berkah dari Allah, tidak dari makam dan lain sebagainya. Apa yang saya lakukan hanya sebatas untuk nglakoni, sekaligus berdoa bagi leluhur,” ujar pria muda yang konon memiliki garis keturunan Joko Tingkir ini.  Juru kunci makam Joko Tingkir, Jono (56), mengungkapkan, selain sekadar untuk nyekar (menaburkan kembang), orang-orang yang datang ke makam Joko Tingkir ada pula yang berharap mendapat petunjuk mengenai masa depannya. Meski demikian, selama belasan tahun menjaga makam itu, ia merasa tidak pernah menemui hal-hal yang bersifat gaib. Meski jumlahnya semakin sedikit, laku tapa prihatin sangat erat dalam kehidupan orang Jawa, terutama mereka yang sungguh-sungguh menghayati kejawen. Bentuk laku tapa, seperti puasa, menyepi, kungkum (berendam di mata air) saat malam hari, diyakini dapat menghantarkan orang untuk aneges karsa atau mengetahui kehendak Tuhan atas dirinya. Aneges karsa itulah sebenarnya yang dibutuhkan manusia. Kesibukan, kebisingan, gelora nafsu dalam diri, membuat manusia kerap gagal memahami kehendak Yang Kuasa atas dirinya. Aneges karsa hanya bisa dicapai lewat hening sekaligus kerendahan hati.  Kisah Joko Tingkir yang membatalkan niatnya untuk membalas dendam atas kekalahannya dari Sutawijaya memperlihatkan sikap pasrah pada kehendak Yang Kuasa. Walau memiliki kesaktian tingkat tinggi, Ia mau rendah hati dan menyingkirkan nafsu kekuasaannya. Ia bersedia menjalani apa yang menjadi tugas dalam hidupnya, yakni mengajar rakyat dan mengembangkan tradisi baru di tengah masyarakat.

Wafatnya Joko Tongkir alias Sultan Hadiwijaya
Perbuatan Sutawijaya yang memberontak itu menjadi alasan Sultan Hadiwijaya untuk menyerang Mataram. Perang antara kedua pihak pun meletus. Pasukan Pajang bermarkas di Prambanan dengan jumlah lebih banyak, tetapi menderita kekalahan. Sultan Hadiwijaya semakin tergoncang mendengar Gunung Merapi tiba-tiba meletus dan laharnya ikut menerjang pasukan Pajang yang berperang dekat gunung tersebut.

Sultan Hadiwijaya menarik pasukannya mundur. Dalam perjalanan pulang, beliau singgah ke makam Sunan Tembayat tetapi tidak mampu membuka pintu gerbangnya. Hal itu dianggapnya sebagai firasat kalau ajalnya segera tiba. Sultan Hadiwijaya pun melanjutkan perjalanan pulang. Di tengah jalan beliau jatuh dari punggung gajah tunggangannya, sehingga harus diusung dengan tandu. Sesampai di Pajang, datang makhluk halus anak buah Sutawijaya bernama Ki Juru Taman memukul dada Sultan Hadiwijaya, membuat sakitnya bertambah parah.

Sultan Hadiwijaya berwasiat supaya anak-anak dan menantunya jangan ada yang membenci Sutawijaya, karena perang antara Pajang dan Mataram diyakininya sebagai takdir. Selain itu, Sutawijaya sendiri adalah anak angkat Sultan Hadiwijaya yang dianggapnya sebagai putra tertua. Pada cerita rakyat dinyatakan bahwa sebenarnya Sutawijaya adalah anak kandung Sultan Hadiwijaya dengan anak Ki Ageng Sela. Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir alias Mas Karebet akhirnya meninggal dunia tahun 1582. Sesuai dengan wasiatnya, beliau dimakamkan di desa Butuh, yaitu kampung halaman ibu kandungnya.

(Dikutip dan dirangkai dari berbagai sumber, antara lain: Babad Tanah Jawi. Cetakan keempat 2008. Yogyakarta: Penerbit Narasi; dan sebuah novel berjudul Joko Tongkir: Berjuang demi Takhta Pajang. Agus Wahyudi. 2010. Yogyakarta: Penerbit Narasi)
Read more...

Kematian

0 comments
kematian
“Seandainya kematian merupakan tempat peristirahatan yang tenang dari seluruh keluh kesah hidup manusia di dunia… niscaya kematian merupakan suatu kabar gembira yang dinanti-natikan bagi setiap insan… Akan tetapi kenyataannya berbeda… setelah kematian itu ada pertanggung jawaban dan ada kehidupan…”
Kematian Adalah Kepastian
Betapa banyak berita kematian yang sampai di telinga kita, mungkin mengkhabarkan bahwa tetangga kita, kerabat kita, saudara kita atau teman kita telah meninggal dunia, menghadap Allah Ta’ala. Akan tetapi betapa sedikit dari diri kita yang mampu mengambil pelajaran dari kenyataan tersebut. Saudaraku, kita tidak memungkiri bahwa datangnya kematian itu adalah pasti. Tidak ada manusia yang hidup abadi. Realita telah membuktikannya. Allah Ta’ala telah berfirman.
“Setiap jiwa pasti akan mengalami kematian, dan kelak pada hari kiamat saja lah balasan atas pahalamu akan disempurnakan, barang siapa yang dijauhkan oleh Allah Ta’ala dari neraka dan dimasukkan oleh Allah Ta’ala ke dalam surga, sungguh dia adalah orang yang beruntung (sukses).” (QS. Ali Imran : 185)
Allah Ta’ala juga telah berfirman,
“Katakanlah (wahai Muhammad) sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya pasti akan mendatangi kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada Dzat Yang Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dan apa yang nampak, kemudian Allah Ta’ala akan memberitahukan kepada kalian setiap amalan yang dahulu kalian pernah kerjakan.” (QS. Al Jumu’ah : 8)
Saudaraku, kematian itu milik setiap manusia. Semuanya akan menjumpai kematian pada saatnya. Entah di belahan bumi mana kah manusia itu berada, entah bagaimanapun keadaanya, laki-laki atau perempuan kah, kaya atau miskin kah, tua atau muda kah, semuanya akan mati jika sudah tiba saatnya. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan bagi tiap-tiap jiwa sudah ditetapkan waktu (kematiannya), jika telah tiba waktu kematian, tidak akan bisa mereka mengundurkannya ataupun mempercepat, meskipun hanya sesaat” (QS. Al A’raf :34)
Saudaraku, silakan berlindung di tempat manapun, tempat yang sekiranya adalah tempat paling aman menjadi persembunyian. Mungkin kita bisa lari dari kejaran musuh, selamat dari kejaran binatang buas, lolos dari kepungan bencana alam. Namun, kematian itu tetap akan menjemput diri kita, jika Allah Ta’ala sudah menetapkan. Allah Ta’alaberfirman,
“Dan dimanapun kalian berada, niscaya kematian itu akan mendatangi kalian, meskipun kalian berlindung di balik benteng yang sangat kokoh.” (QS. An Nisa : 78)
Kematian Adalah Rahasia Sang Pencipta
Kematian manusia sudah Allah Ta’ala tetapkan atas setiap hamba-Nya sejak awal penciptaan manusia. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya proses penciptaan manusia di dalam perut ibu, berlangsung selama 40 hari dalam bentuk air mani, kemudian menjadi segumpal darah yang menggantung selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging  selama 40 hari juga. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, dan diperintahkan untuk mencatat empat ketetapan : rezekinya, kematiannya, amalannya, dan akhir kehidupannya, menjadi orang bahagia ataukah orang yang celaka….” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah Ta’ala telah berfirman,
“Sesungguhnya di sisi Allah sajalah pengetahuan tentang (kapankah) datangnya hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan air hujan, dan Dia lah yang mengetahui tentang apa yang ada di dalam rahim, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dia kerjakan esok haridan tidak ada seorang pun yang mengetahui di bumi manakah dia akan mati..” (QS. Luqman : 34)
Saudaraku, jika kita tidak tahu di bumi manakah kita akan mati, di waktu kapan kah kita akan meninggal, dan dengan cara apakah kita akan mengakhiri kehidupan dunia ini, masih kah kita merasa aman dari intaian kematian…? Siapa yang bisa menjamin bahwa kita bisa menghirup segarnya udara pagi esok hari…? Siapa yang bisa menjamin kita bisa tertawa esok hari…? Atau…. siapa tahu sebentar lagi giliran kematian Anda wahai Saudaraku…
Di manakah saudara-saudara kita yang telah meninggal saat ini…? Yang beberapa waktu silam masih sempat tertawa dan bercanda bersama kita… Saat ini mereka sendiri di tengah gelapnya himpitan kuburan… Berbahagialah mereka yang meninggal dengan membawa amalan sholeh… dan sungguh celaka mereka yang meninggal dengan membawa dosa dan kemaksiatan…
Faidah Mengingat Kematian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan dunia”. Kemudian para shahabat bertanya. “Wahai Rasulullah apakah itu pemutus kelezatan dunia?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kematian” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, hadits dari shahabat Abu Hurairah)
Ad Daqaaq rahimahullahu mengatakan, “Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, maka akan dianugerahi oleh Allah tiga keutamaan, [1] bersegera dalam bertaubat, [2] giat dan semangat dalam beribadah kepada Allah, [3] rasaqana’ah dalam hati (menerima setiap pemberian Allah)” (Al Qiyamah Ash Shugra, Syaikh Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar)
Bersegera dalam Bertaubat
Sudah dapat dipastikan bahwa manusia adalah makhluk yang banyak dosa dan kemaksiatan. Seorang manusia yang banyak mengingat kematian, dirinya sadar bahwa kematian senantiasa mengintai. Dia tidak ingin menghadap AllahTa’ala dengan membawa setumpuk dosa yang akan mendatangkan kemurkaan Allah Ta’ala. Dia akan sesegera mungkin bertaubat atas dosa dan kesalahannya, kembali kepada Allah Ta’ala. Allah telah berfirman,
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah bagi orang-orang yang mengerjakan keburukan dikarenakan kebodohannya, kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima taubatnya oleh Allah, dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana” (QS. An Nisa : 17)
Maksud dari berbuat keburukan karena kebodohan dalam ayat di atas, bukanlah kebodohan seorang yang tidak mengetahui sama sekali bahwa apa yang dia kerjakan merupakan sebuah keburukan. Orang yang berbuat buruk dan tidak mengetahui sama sekali tidak akan dihukum oleh Allah. Akan tetapi yang dimaksud kebodohan di sini adalah seseorang yang mengetahui bahwa apa yang dia lakukan adalah keburukan, namun dia tetap saja melakukannya lantaran dirinya dikuasai oleh hawa nafsu. Inilah makna kebodohan dalam ayat di atas. (Syarah Qowaidul Arba’ Syaikh Sholeh Fauzan).
Allah Ta’ala berfirman, “Dan bersegeralah menuju ampunan dari Rabb kalian dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang telah dipersiapkan (oleh Allah) bagi orang-orang ynag bertaqwa” (QS. Ali Imran : 133)
Giat dan Semangat dalam Beribadah kepada Allah
Seorang yang banyak mengingat kematian, akan senantiasa memanfaatkan waktunya untuk beribadah kepada AllahTa’ala. Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abdullah Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, “Jadilah engkau di dunia ini bagaikan seorang yang asing atau seorang yang sedang menempuh perjalanan yang jauh”,mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, lantas Abdullah ibnu Umar berkata, “Jika engkau berada di sore hari jangan engkau tunggu datangnya pagi hari, jika engkau berada di pagi hari jangan engkau tunggu datangnya sore hari, pergunakanlah waktu sehatmu (dalam ketaatan kepada Allah) sebelum datangnya waktu sakitmu, dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum kematian datang menjemputmu.” (HR. Bukhari)
Rasa Qana’ah di Dalam Hati
Allah Ta’ala akan menanamkan rasa qana’ah di dalam hati seseorang yang banyak mengingat kematian. Rasa qana’ahyang membuat seseorang merasa cukup terhadap setiap pemberian Allah Ta’ala, bagaimanapun dan berapa pun pemberian Allah. Suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan nasehat kepada Abu Dzar. Abu Dzar berkata,
“Kekasihku yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah tujuh perkara padaku, (di antaranya): Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, dan beliau memerintahkan aku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku. …” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Seseorang yang banyak mengingat kematian, meyakini bahwa segala pemberian Allah dari perbendaharaan dunia adalah titipan dari Allah. Seluruhnya akan diambil kembali oleh Allah, dan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Ta’ala atas seluruh pemberian tersebut. Nas’alullaha al afiyah.
Kehidupan setelah Kematian
“Saudaraku, seandainya kematian merupakan tempat peristirahatan yang tenang dari seluruh keluh kesah hidup manusia di dunia… niscaya kematian merupakan suatu kabar gembira yang dinanti-natikan bagi setiap manusia… Akan tetapi kenyataannya berbeda… setelah kematian itu ada pertanggung jawaban dan ada kehidupan… kehidupan yang sebenarnya…”
Diantara keimanan kepada hari kiamat adalah meyakini bahwa setelah kematian ini ada kehidupan. Semuanya akan berlanjut ke alam kubur kemudian ke alam akhirat. Di sana ada pengadilan Allah Ta’ala yang Maha Adil. Semua manusia akan diadili, mempertanggungjawabkan setiap amalan yang dia perbuat. Allah Ta’ala berfirman,
“Barangsiapa yang berbuat kebaikan meskipun sekecil biji dzarah, niscaya dia akan melihat hasilnya, dan barang siapa yang berbuat keburukan meskipun sekecil biji dzarah, niscaya dia akan melihat akibatnya” (QS. Al Zalzalah: 7-8)
Terakhir Saudaraku, jadilah orang yang cerdas. Orang yang cerdas dalam memandang hakikat kehidupan di dunia ini. Abdullah Ibnu Umar dia pernah berkata‘Aku bersama Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada beliau, kemudian mengucapkan salam kepada beliau, lalu dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’ Dia berkata lagi, ‘Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling baik persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdas.’” (HR. Ibnu Majah)
Semoga bermanfaat. Allahul Muwaffiq ila Aqwamit Thariq
[Hanif Nur Fauzi]

Read more...

Renungan Tentang Sholat

0 comments
  • 1. Sebuah renungan tentang… Shalat
  • 2. RENUNGKANLAH..• Islam menuntun penganutnya hidup di dunia bahagia dan di akhirat masuk surga dengan pedoman kepada Al qur’an dan Hadits.• Bahagia adalah : Suatu perasaan yang tidak didasari oleh materi yang mengakibatkan tidak ada lagi rasa : was-was, takut, gelisah, stress ; karena hidup dan mati ini hanya karena Allah semata• Surga adalah : Segala sesuatu yang paling menyenangkan di dunia ini, tidak ada seujung kukunya kesenangan di surga.• Sedangkan neraka adalah : segala sesuatu yang paling menyakitkan di dunia ini, tidak ada seujung kukunya kesakitan di neraka• Jadi apalah artinya kesenangan di dunia ini kalau nantinya mengakibatkan diri digiring ke neraka.
  • 3. RENUNGKANLAH..• Hidup di dunia ini adalah kompetisi untuk menentukan tempat kita kelak di akhirat yaitu surga atau neraka. Ini sangat tergantung kepada persiapan apa yang dilakukan untuk mencapai tempat mana yang kita inginkan nanti di akhirat.• Salah satu ibadah namun utama adalah shalat, dimana begitu istimewanya shalat, sampai-sampai Jibril pun tidak dipercaya oleh Allah untuk menyampaikan perintah shalat kepada Rasulullah.• Allah menyuruh langsung Rasulullah untuk datang menghadap dalam bentuk Mi’raj agar langsung didengar perintah shalat tersebut oleh Rasulullah.Rasulullah saat sakratul mautnya, berpesan untuk umatnya :Peliharalah Shalat, peliharalah shalat, peliharalah shalat...
  • 4. RENUNGKANLAH…• Sabda Rasulullah saw, : di akhirat nanti ada orang yang membawa shalatnya di hadapan Allah swt, kemudian shalatnya diterima dan dilipat-lipat seperti dilipat-lipatnya kain usang dan kotor lalu shalatnya itu dibantingkan ke wajahnya.• Sabda Rasulullah saw, : Bagi orang yang berangan-angan dalam shalatnya, maka ia tidak akan memperoleh apapun selain dari angan- angannya itu.• Sabda Rasulullah saw, : Sesungguhnya perumpamaan shalat itu seperti orang yang mandi. Bila seseorang mandi 5 kali sehari, tetapi badannya belum juga bersih, boleh jadi karena air yang digunakan untuk mandi tersebut memang kotor, atau di waktu mandi ia tidak menggunakan sabun. Jadi jika ada orang yang mengerjakan shalat 5 kali sehari, tetapi perilakunya masih saja buruk, berarti orang tersebut belum memahami benar akan artinya shalat.
  • 5. HAKEKAT SHALAT …Pada hakekatnya shalat adalah aktifitas yang mempunyai arti sebagai berikut :1. Menyanjung dan memuji Allah : Allahu Akbar, Maha suci Allah dan Maha Agung , Maha Tinggi Allah, Maha Pengasih dan Maha Penyayang2. Membuat janji/komitmen dengan Allah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya karena Allah semata dan tidak akan menserikatkan Allah.3. Memohon kepada Allah : Meminta : jalan yang lurus, ampunan, disayangi, cukupi kekurangan, tinggikan derajad, rezeki, petunjuk, kesehatan4. Mendoa’kan Rasulullah : shalawat
  • 6. FAKTA …Fakta yang ada dalam lingkungan kita adalah :• Bagaimana agar sembahyang kita bisa khusuk, sehingga keluarlah berbagai macam aturan yang didominasi oleh kata-kata jangan dan harus, misalnya : jangan bawa pikiran yang lain dalam shalat, wajah harus tetap ke sajadah dan lainnya.• Shalat dilakukan hanya sebagai suatu pemenuhan kewajiban sehingga sering dilakukan buru-buru, tetapi saat berdo’a cukup lama.• Sementara mulut mengucapkan bacaan shalat, namun hati melanglang buana entah kemana, tahu-tahu shalat sudah selesai. Ini tidak beda dengan orang mabok, tidak mengerti apa yang sedang diucapkannya. Inilah yang dikatakan dalam QS:Al ma’un 107 :004-005 : Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat (yakni) orang-orang yang lalai dari shalatnya.
  • 7. FAKTA…• Sebaliknya, QS Al Mu’minun 23:001-002 Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya,• Coba kita ingat-ingat : bila dipanggil atasan, betapa kita datang dengan rapi dan bertutur kata lembut, dan mengerti persis apa yang akan diucapkan, jarang terpikir hal-hal lain, apalagi bila itu menyangkut kelangsungan jabatan.• Berjanji dalam shalat tidak akan menserikatkan Allah, tetapi kenyataannya dalam shalat secara tidak sadar telah melakukan serikat bagi Allah. (Syirik)• Syirik bukan saja menyembah berhala, tetapi juga bila kalbu ini didominasi oleh hal-hal selain Allah. (Syirik adalah dosa yang tidak berampun).
  • 8. SHALAT KITA…Penduduk Indonesia yang dominan beragama Islam danmelaksanakan shalat, namun shalatnya tidak dapat mencegah yangkeji dan mungkar sesuai dengan tujuan shalat itu sendiri QS Al‘Ankabuut 29:045: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat)adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). DanAllah mengetahui apa yang kamu kerjakan.Ini bisa kita lihat dari betapa banyak maksiat yang masih terjadiberupa : perkosaan, perzinahan, pembunuhan, korupsi, penipuan,perampokan, penyogokan dlsb.
  • 9. TAFAKURLAH… Mari bertafakur sejenak untuk memperkuat keyakinan ilahiyah, sebab sabda Rasulullah : Bertafakur sejenak, lebih baik daripada ibadah satu tahun :• Bila datang kepada kita malaikat jibril yang menyampaikan bahwa umur kita tinggal 2 jam lagi, apa yang akan diperbuat ? tentulah sikap yang timbul adalah : dengan rasa takut, rendah diri dan penuh harap tanpa lagi menghiraukan harta, istri dan anak : mendirikan shalat tobat dan memohon ampunan-Nya. Bahkan selama 2 jam tersebut akan digunakan untuk memperbanyak ibadah-ibadah lainnya.• Maka anggaplah bahwa shalat ini adalah shalat yang terakhir, seolah-olah habis shalat ini akan meninggal. QS An Naml 27:003 : (yaitu) orang-orang yang mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat.
  • 10. TAFAKURLAH…• Tidak dihitung amalan yang lain apabila shalat tidak diterima.• Kita akan berkomunikasi langsung dengan Allah yang Maha Melihat, Maha Mendengar. QS Asy Syu’araa’ 26:218 : Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang),• Syirik adalah dosa yang tidak berampun. QS An Nisa’ 04:48 : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. QS An Nisa’ 04:116 : Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.
  • 11. TAFAKURLAH…• Shalat adalah peluang besar untuk meraih surga QS Al Baqarah 02:277 : Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.• Percuma hidup di dunia bila nanti di akhirat akan masuk neraka.• Setan akan menggoda dari segala sisi dan segala cara.
  • 12. TANAMKAN DALAM KALBU…Setelah keyakinan ini tertanam kokoh dalam kalbu, maka secara otomatis sikap kita adalah :• Berpakaian yang terbaik untuk ketemu dengan Allah (shalat)• Mengikhlaskan waktu untuk ketemu dengan Allah (shalat)• Setiap akan memulai suatu pekerjaan, selalu memohon kepada Allah agar terlindung dari godaan setan• Mengucapkan bacaan shalat dengan tenang dan sabar, tidak tergesa-gesa• Berusaha untuk mengerti apa yang diucapkan dalam shalat sehingga mulut berucap, kalbu tidak dibiarkan terdominasi oleh selain Allah yaitu dengan memberikan tugas : mengartikan apa yang sedang diucapkan. Wajar apabila masih saja ada gangguan bagi kalbu yang melanglang buana, tetapi dengan cepat kembali kepada Allah.
  • 13. TANAMKAN DALAM KALBU…• Janji kepada Allah dalam shalat, yakni : sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku adalah karena Allah semata, dijadikan sebagai alat kontrol dalam setiap akan memulai tindakan. Sehingga bila tindakan yang akan dilakukan tersebut bukan karena Allah semata, maka tidak perlu dilakukan. Misalnya : Bila ada niat dalam hati hendak melakukan zina atau korupsi, segera tanya kalbu ini, apakah ini kita hadirkan atau lakukan karena Allah ? Bila tidak, tentu segera meninggalkan niat berbuat tersebut.
  • 14. AMALKANLAH…Bila shalat yang dilakukan berdasarkan keyakinan tersebut diatas, maka akan terasa bahwa betapa shalat itu nikmat,sehingga sehabis shalat akan terasa tentram dalam kalbu.Keyakinan ilahiyah ini jualah yang antara lain akanmembuahkan shalat yang mana selaras antara mulut yangmengucapkan dengan kalbu yang menghayati maknanya danotak mengingat kebesaran-Nya. (Khusyu’).Shalat seperti inilah yang dapat mencegah Keji dan Mungkar .Insya Allah.
  • 15. SEBARKANLAH KEPADA SAUDARAMU…
Read more...

TENTANG AMAL KITA (SEBENTUK RENUNGAN)

0 comments

 


Disadur dari Kisah Inspiratif dengan sedikit tambahan...

Kita hidup bukan tanpa tujuan...
Kita hidup bukan tanpa pertanggungjawaban...
Kita hidup bukan tidak membutuhkan bekal untuk kehidupan berikutnya...
Maka luangkan sedikit waktu untuk sekedar bertafakur dan muhasabah...
Tentang apa - apa yang sudah kita penuhi dalamwaktu sedetik, sejam, sehari, sebulan, setahun, dan sepanjang hidup kita...
Tentang apa - apa yang sudah kita kumpulkan buat bekal kita kelak...
Maka...
Renungkanlah...!!
Sebelum semuanya berbuah penyesalan...

Amal-amal kita, tidak hanya dicatat para malaikat. Karena cerita-cerita dan kesan yang kita tinggalkan di dunia setelah mati, serupa cermin nilai dari prilaku kita selama hidup. Alangkah indahnya, sebuah kematian yang bisa meninggalkan cerita-cerita baik pada keluarga. Alangkah bahagianya, sebuah kematian yang mengesankan jejak hidup yang menjadi pelajaran kebaikan bagi mereka yang masih menjalani hidup. Alangkah gembiranya, bila kematian kita menyisakan kesan dari amal-amal saleh yang bermanfaat untuk orang lain.

Di akhirat kelak, tak ada sesuatu yang paling disesali penghuni surga kecuali penyesalan mereka terhadap waktu yang hilang di dunia tanpa diisi amal saleh. Karena itu, ketika ada seorang saleh ditanya, "Kenapa engkau melelahkan jiwamu dalam beribadah?" Ia menjawab, "Aku ingin mengistirahatkan jiwaku." Istirahat yang dimaksud, adalah istirahat di dunia dengan jiwa yang tenang setelah beribadah. Juga istirahat di akhirat, dengan memasuki kehidupan yang begitu menentramkan dan menggembirakan.

Umur hidup itu, menurut Ibnul Jauzi rahimahullah, tak beda dengan tempat jual beli berbagai macam barang. Ada barang yang bagus dan juga yang jelek. Orang yang berakal, pasti akan membeli barang yang bermutu meski harganya mahal. Karena barang itu lebih awet dari barang jelek meski harganya murah. "Orang yang tahu kemuliaan alam semesta harus meraih sesuatu yang paling mulia yang ada di alam semesta ini. Dan sesuatu yang paling mahal nilainya di dunia ini adalah, mengenal Allah swt," kata lbnul Jauzi.

Seseorang yang mengenal Allah swt, berarti ia mengetahui ke- Maha Besaran-Nya. Berarti juga mengetahui kekerdilan dirinya, kelemahan dirinya, ketergantungan dirinya dengan Yang Maha Berkuasa. Pengenalan seperti ini yang bisa memunculkan kekuatan dan ketangguhan dalam mengarungi gelombang kehidupan. Tidak takut, tidak lemah, dan tidak tergantung kepada siapa pun, kecuali Allah dan selama berada di jalan Allah tidak senang, tidak gembira dan tidak bersukacita kecuali bersama Allah.

Lihatlah perkataan Masruq, seorang mufassir yang juga sahabat Said bin Jubair, yang pernah berujar, "Tak ada lagi yang lebih menyenangkan dari menempelkan wajahku di tanah (sujud). Aku tidak pemah bersedih karena sesuatu melebihi kesedihanku karena tidak bisa sujud kepada Allah." (SiyarA’lamin Nubala, IV/65).

Sujud adalah saat-saat seorang hamba yang paling dekat dengan Tuhannya. Sujud, juga tanda ketundukan dan kerendahan seorang hamba di hadapan Tuhannya. Sujud, juga merupakan kepasrahan, ketaatan, kerinduan dan kecintaan seorang hamba pada Tuhannya. Kondisi-kondisi seperti itulah yang sangat didambakan Masruq hingga tak ada lagi kesedihan baginya, kecuali ia tidak bisa melakukan sujud di hadapan Allah swt.

Itulah gambaran keyakinan yang tertanam kuat dalam jiwa orang-orang saleh, para pejuang da’wah Islam. Ketundukan, kedekatan dan keyakinannya pada Allah, menjadikan tekad mereka seperti baja dan keberanian yang tak kenal takut. Basahnya lidah mereka oleh dzikir, larutnya hati mereka dalam kecintaan pada Allah, tunduknya jiwa mereka pada keagungan Allah, memunculkan kepribadian yang kuat dan tangguh.

Setiap orang, pada mulanya, dinilai tinggi rendahnya berdasarkan intensitas dan kualitas serta konsistensi (istiqomah) dalam beribadah kepada Allah. Bukan dinilai dari kekayaan materi/harta yang dimilikinya ataupun oleh orang tua nya. Bukan pula dinilai dari paras, ketampanan dan keindahan fisiknya. Karena, semua itu hanya fatamorgana yang hanya sesaat bisa dinikmati. Pribadi yang kuat dan tangguh selalu muncul dari habitat kehidupan yang penuh tantangan, bukan dari keserbamudahan yang memanjakan dan melemahkan jiwa.

Lihatlah,
Bagaimana penuturan salah seorang anak dari Syaikh Ahmad Yasin rahimahullah, tokoh pejuang Palestina abad ini yang beberapa waktu lalu gugur oleh rudal Israel. "Ayah tidak mencintai dunia. Ia lebih mencintai rumah akhirat. Banyak orang yang menyarankan agar ayah mendiami rumah sebagaimana layaknya seorang pemimpin. Pemerintah otorita Palestina juga pernah menawarkan sebuah rumah yang besar di perkampungan Ghaza. Tapi ayah menolak tawaran itu. Ayahku lebih menginginkan akhirat sehingga ia tidak begitu memperhatikan perabotan duniawi. Luas rumahnya kecil, hanya tiga ruang. Tanpa keramik di lantai, dan ruang dapur yang sudah rusak. Bila musim dingin tiba, kondisi rumah sangat dingin. Sebaliknya bila musim panas datang, ruangan rumah terasa panas sekali. Ayah tidak pernah berpikir untuk memperbaiki rumahnya. Sekali lagi, ia benar-benar sibuk mempersiapkan rumahnya di akhirat." Itulah rahasia ketegaran Syaikh Ahmad Yasin.

Rumah akhirat. Pernahkah terlintas dalam hati kita tentang rumah itu? Pernahkah kita berencana dan bermimpi memiliki rumah yang indah, di akhirat, bukan di dunia? Bagaimana kita membayangkan kesan akhir yang kita tinggalkan pada keluarga, setelah kita berpisah dengan mereka di dunia? Kebanggaankah atau kebalikannya? Apakah mereka juga akan berkata, kita lebih mencintai dan menginginkan rumah akhirat?

Syaikh Ahmad Yasin memberi pelajaran besar bagi kita tentang keyakinannya pada keputusan Allah swt. Bahwa apa yang diputuskan oleh Allah tetap akan terjadi, apa pun usaha yang kita lakukan. Syaikh Ahmad Yasin juga memberi pendidikan langsung kepada siapa pun, tentang batas apa yang harus diberikan seseorang yang menginginkan mati di jalan Allah.

Sekitar lima menit sebelum rudal Israel ditembakkan ke arahnya, Syaikh yang duduk di kursi roda itu, seorang anaknya, Abdul Ghani sempat mengingatkannya untuk berhati-hati dengan mengatakan, "Ayah, ada pesawat pembunuh di atas." Apa jawaban Syaikh Ahmad Yasin ketika itu. "Ya, saya di sini sedang menanti pesawat pembunuh itu juga." Benar-benar tak ada keraguan dan ketakutan sedikit pun.

Kita di sini, sedang menanti detik demi detik kematian yang pasti menjemput. Menunggu saat kita menarik nafas terakhir, dan menghembuskannya lagi untuk yang terakhir. Saat udara dingin merayap dari ujung jemari kaki hingga bagian kepala. Saat mata terkatup dan tak bisa terbuka lagi. Ketika badan terbujur dan tak bisa bergerak. Ketika kita masuk dalam keranda, dan diangkat oleh anggota keluarga dan teman-teman kita.

Setelah itu,
Biarlah orang-orang berbicara tentang kita karena bagaimana kita tergantung dari amal kita...
Setelah itu,
Biarlah orang menilai kita asalkan kita tidak kehilangan penilaian dariNYA...
Setelah itu,
Biarlah kita berupaya meraih buah dari amal - amal kita..
Maka...
Biarlah setiap detik hembusan nafas kita menjadi pengingat bagi usia kita...
Wallahu'alam bisshowab..


Sumber klik disini
Read more...
Thursday 11 December 2014

SILSILAH SUNAN GUNUNG JATI

0 comments
 
Sunan Gunung Jati adalah salah satu dari sembilan orang penyebar agama Islam terkenal di Pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan Wali Sanga. Kehidupannya selain sebagai pemimpin spriritual, sufi, mubaligh dan dai pada jamannya juga sebagai pemimpin rakyat karena beliau menjadi raja di Kasultanan Cirebon, bahkan sebagai sultan pertama Kasultanan Cirebon yang semula bernama Keraton Pakungwati.

Memasuki kompleks pemakaman anda akan melihat Balemangu Majapahit yang berbentuk bale-bale berundak yang merupakan hadiah dari Demak sewaktu perkawinan Sunan Gunung Djati dengan Nyi Mas Tepasari, putri dari Ki Ageng Tepasan, salah seorang pembesar Majapahit.
Masuk lebih kedalam anda akan melihat Balemangu Padjadjaran, sebuah bale-bale besar hadiah dari Prabu Siliwangi sebagai tanda penghargaan pada waktu penobatan Syarif Hidayatullah sebagai Sultan Kasultanan Pakungwati (cikal bakal kraton di Cirebon).
Makam Sunan Gunung Jati yang terletak di bukit Gunung Sembung hanya boleh dimasuki oleh keluarga Kraton sebagai keturunannya selain petugas harian yang merawat sebagai Juru Kunci-nya. Selain dari orang-orang yang disebutkan itu tidak ada yang diperkenankan untuk memasuki makam Sunan Gunung Jati. 

Alasannya antara lain adalah begitu banyaknya benda-benda berharga yang perlu dijaga seperti keramik-keramik atau benda-benda porselen lainnya yang menempel ditembok-tembok dan guci-guci yang dipajang sepanjang jalan makam. Keramik-keramik yang menempel ditembok bangunan makam konon dibawa oleh istri Sunan Gunung Djati yang berasal dari Cina, yaitu Putri Ong Tien. 

Banyak keramik yang masih sangat baik kondisinya, warna dan design-nya sangat menarik. Sehingga dikhawatirkan apabila pengunjung bebas keluar-masuk seperti pada makam-makam wali lainnya maka barang-barang itu ada kemungkinan hilang atau rusak.

Ada 9 pintu yang terdapat dalam Makam Sunan Gunung Jati, yaitu 1)Pintu Gapura, 2)Pintu Krapyak, 3)Pintu Pasujudan, 4)Pintu Ratnakomala, 5)Pintu Jinem, 6)Pintu Rararoga, 7)Pintu Kaca, 8)Pintu Bacem dan 9)Pintu Teratai. Para pengunjung atau peziarah hanya diperkenankan masuk sampai di pintu ke-5 saja.

Para peziarah di Makam Sunan Gunung Jati hanya diperkenankan sampai dibatas pintu serambi muka yang pada waktu-waktu tertentu dibuka dan dijaga selama beberapa menit kalau-kalau ada yang ingin menerobos masuk. Dari pintu yang diberi nama Selamat Tangkep itu terlihat puluhan anak tangga menuju Makam Sunan Gunung Jati.

Para peziarah umum diharuskan masuk melalui gapura sebelah Timur dan langsung masuk pintu serambi muka untuk berpamit kepada salah seorang Juru Kunci yang bertugas. Setelah diijinkan maka peziarah umum dapat menuju ke pintu barat yaitu ruang depan Pintu Pasujudan.

Uniknya didalam kompleks makam Sunan Gunung Jati terdapat kompleks makam warga Tionghoa dibagian barat serambi muka yang dibatasi oleh pintu yang bernama Pintu Mergu. Lokasinya disendirikan dengan alasan agar peziarah yang memiliki ritual ziarah tersendiri seperti warga Tionghoa tidak akan terganggu dengan ritual ziarah pengunjung makam.

Makam Sunan Gunung Jati dibersihkan tiga kali seminggu dan selalu diperbaharui dengan rangkaian bunga segar oleh Juru Kunci yang bertugas. Penggantian bunga dilakukan setiap hari Senin, Kamis dan Jumat. Pada hari Senin dan Kamis petugas akan masuk dari pintu yang disebut dapur Pesambangan, sedangkan pada hari Jumat petugas akan masuk dari pintu tempat masuknya peziarah disiang hari.

Jumlah petugas Makam Sunan Gunung Jati seluruhnya ada 108 orang yang terbagi dalam 9 kelompok masing-masing 12 orang berjaga-jaga secara bergiliran selama 15 hari yang diketuai oleh seorang Bekel Sepuh dan Bekel Anom (merupakan tambahan setelah Kraton Cirebon dipecah menjadi Kraton Kasepuhan dan Kanoman). Mereka yang mengemban tugas tersebut umumnya karena meneruskan tugas dari ayah atau saudara yang tidak mempunyai anak atau bisa juga karena mendapat kepercayaan dari yang berhak. Pada saat mereka diberi amanat mengemban tugas itupun ada serangkaian upacara atau selametan yang harus dilakukan oleh masing-masing orang. Seluruh petugas makam termasuk para Bekel dipimpin oleh seorang Jeneng yang diangkat oleh Sultan.

Adapun riwayat dibalik jumlah 108 berawal dari Pemerintahan Sunan Gunung Djati di Kraton Pakungwati yang pada suatu hari menangkap perahu yang terdampar dengan seluruh penumpang berjumlah 108 orang seluruhnya berasal dari Keling (Kalingga) dan berada dibawah pimpinan Adipati Keling. Orang-orang Keling ini kemudian menyerahkan diri dan mengabdi kepada Sunan Gunung Jati dan dipercaya untuk menetap dan menjaga daerah sekitar pemakaman sampai ke anak cucu. Sebagian masyarakat yang bermukim disekitar kompleks makam adalah keturunan orang-orang Keling tersebut. Oleh karena itu ke-12 orang yang bertugas tersebut mengemban tugas sesuai dengan jenjangnya sebagai awak perahu nelayan seperti juru mudi, pejangkaran dan lain sebagainya.

Selain Sultan dan Juru Kunci yang ditunjuk maka tidak ada lagi orang yang diperkenankan masuk ke makam Sunan Gunung Djati. Konon di sekitar makam Sunan Gunung Djati terdapat pasir Malela yang dibawa langsung dari Mekkah oleh Pangeran Cakrabuana. Pasir ini tidak diperbolehkan dibawa keluar dari kompleks pemakaman. Para Juru Kunci sendiri diharuskan membersihkan kaki-nya sebelum dan sesudah dari makam agar tidak ada pasir yang terbawa keluar. Pelarangan ini sesuai dengan amanat dari Pangeran Cakrabuana sendiri, mungkin karena pada jaman dahulu upaya untuk membawa Pasir Malela dari Mekkah ke kompleks pemakaman teramat berat dan sulit.

Tak jauh dari bangunan makam terdapat masjid yang diberi nama Masjid Sang Saka Ratu atau Dok Jumeneng yang konon dulunya digunakan oleh orang-orang Keling yang pernah memberontak pada Sunan Gunung Djati. Didalam masjid kita bisa melihat Al-Quran yang berusia ratusan tahun dan dibuat dengan tulisan tangan (bukan cetakan mesin).

Ada beberapa sumur disekitar bangunan masjid, yaitu Sumur Kemulyaan, Sumur Djati, Sumur Kanoman dan Sumur Kasepuhan. Masjid ini sendiri memiliki 12 orang Kaum yang pengangkatannya melalui prosedur Kesultanan dengan segala tata cara dan tradisi lama yang masih dijalankan. Ke-12 orang tersebut terdiri dari 5 orang Pemelihara, 4 orang Muadzin, 3 orang Khotib ditambah dengan seorang penghulu atau Imam. Kecuali penghulu mereka bertugas secara bergilir setiap minggu dengan formasi 1 orang pemelihara, 1 orang Muadzin dan 1 orang Khotib.

Ada lagi legenda para wali yang berhubungan dengan Sumur Jalatunda yang berasal dari jala yang ditinggalkan Sunan Kalijaga saat dirinya diperintahkan mencari sumber mata air untuk berwudhu-nya para wali yang pada saat itu sedang mengadakan pertemuan. Sumur Jalatunda ini dikenal dengan Zam-zam-nya Cirebon.

Mengunjungi kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati sebetulnya tidak terlalu sulit. Lokasi-nya tidak jauh dari kota Cirebon. Jalan masuknya juga bisa dilalui oleh mobil dan sudah tersedia lahan parkir yang cukup luas.

Yang sangat disayangkan adalah banyaknya penduduk setempat yang meminta donasi tidak resmi kepada pengunjung atau peziarah yang datang ke makam. Dari mereka yang meminta dengan suka rela sampai dengan mereka yang menggebrak meja tempat diletakkannya kotak donasi untuk menakut-nakuti pengunjung apabila mereka menolak untuk membayar. Yang meminta donasi tidak hanya orang dewasa, melainkan anak-anak balita sampai kaum tua renta juga setia mengikuti bahkan ada yang sambil menarik-narik baju pengunjung. Macam-macam alasan yang digunakan, dari donasi untuk pemeliharaan makam sampai sumbangan sebagai ‘pembuka pintu’. Kalau anda datang bersama dengan rombongan peziarah, bersiaplah menghadapi puluhan peminta sumbangan yang sudah berbaris panjang dari parkiran anda masuk sampai ke pintu gerbang peziarah.

Sangat mengesalkan sebetulnya. Pemandu memberitahu agar kami ‘jangan memulai’ memberikan donasi setiap kali diminta karena hanya akan membuat peminta donasi lain akan memburu. Walaupun kami sudah berusaha membatasi jumlah donasi yang kami keluarkan dengan terus menerus mengatakan “tidak” tetap saja kami harus merogoh kantong beberapa kali.

Upaya menertibkan konon sudah pernah ada. Sultan pernah memerintahkan mereka untuk berhenti meminta donasi tidak resmi tersebut, namun seminggu-dua minggu kemudian timbul kembali.

Alangkah baiknya apabila pihak Kraton yang berwenang atau pemerintah daerah mulai memikirkan cara untuk menertibkan mereka karena bisa jadi akan merusak citra tempat pemakaman Sunan Gunung Jati ini dan umat muslim pada umumnya. 

Aktivitas meminta-minta dengan paksa yang dilakukan kaum dewasa dan orang tua akan memberikan contoh tidak baik bagi anak kecil warga sekitar. Tak heran apabila mereka nantinya juga menjadi peminta-minta. Walaupun Sunan Gunung Jati pernah bertutur “Ingsun titip tajug lan fakir-miskin” yang artinya “Aku titipkan masjid/musholla dan fakir miskin” tetapi saya yakin bukan seperti inilah perwujudannya.
SILSILAH SUNAN GUNUNG JATI DARI PADJAJARAN
PRABU LINGGA DEWATA
1311-1333




PRABU AJIGUNA LINGGA WISESA
1333-1340





PRABU RAGA MULYA / SANG AKIKOLOT
1340-1350





PRABU LINGGA RATU DEWATA
SRI BADUGA MAHARAJA
1350-1357





BUNISORA SURA DIPATI
SANG MANGKUBUMI
1357-1371





NILA WASTU KENCANA
1371-1382





PRABU HALIWUNGAN SANG
SUSUK TUNGGAL
1382-1482





PRABU SILIWANGI / RADEN PAMANAH RASA
SRI BADUGA MAHARAJA II
1482-1521




WALANG SUNGSANG
P. CAKRA BHUWANA
NYI RARA SANTANG
SYARIFAH MUDAIM
RAJA SANGARA
HAJI MANSUR




SUNAN GUNUNG JATI
SYARIEF HIDAYATULLAH
Read more...

Sunan Bonang

0 comments
Sunan Bonang

Tahukah kalian dengan lagu “Tombo Ati” atau “Obat Hati”?
Tahukah teman, siapa sebenarnya yang menciptakan lagu yang legendaris itu?
Sebenarnya pencipta lagu tersebut adalah Sunan Bonang.
Sunan Bonang adalah salah satu dari Sembilan Wali (Wali Sanga) yang merupakan orang-orang shalih yang telah menyebarkan Islam di pulau Jawa. Berikut ini akan diulas Biografi Sunan Bonang.

Biografi Sunan Bonang

Sunan Bonang memiliki nama asli Raden Maulana Makdum Ibrahim. Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465 masehi. Beliau adalah salah satu putera dari Sunan Ampel dengan nama ibunya adalah Nyai Ageng Manila yang merupakan puteri adipati Tuban. Nama Sunan Bonang diduga adalah Bong Ang sesuai nama marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel.
Sunan Bonang dikabarkan juga masih memiliki hubungan darah dengan Nabi Muhammad SAW. Berikut ini adalah silsilah dari Sunan Bonang hingga sampai Nabi Muhammad SAW.
Sunan Bonang (Makdum Ibrahim) bin
Sunan Ampel (Raden Rahmat) Sayyid Ahmad Rahmatillah bin
Maulana Malik Ibrahim bin
Syekh Jumadil Qubro (Jamaluddin Akbar Khan) bin
Ahmad Jalaludin Khan bin
Abdullah Khan bin
Abdul Malik Al-Muhajir (dari Nasrabad,India) bin
Alawi Ammil Faqih (dari Hadramaut) bin
Muhammad Sohib Mirbath (dari Hadramaut) bin
Ali Kholi' Qosam bin
Alawi Ats-Tsani bin
Muhammad Sohibus Saumi'ah bin
Alawi Awwal bin
Ubaidullah bin
Muhammad Syahril
Ali Zainal 'Abidin bin
Hussain bin
Ali bin Abi Thalib (dari Fatimah az-Zahra binti Muhammad SAW).
Sunan Bonang mempelajari berbagai ilmu agama Islam dari pesantren sang ayah (Sunan Ampel) di Ampel Denta. Setelah dirasa sudah cukup mahir dan cukup umur, Sunan Bonang mulai berdakwah dengan berkelana ke pelosok negeri. Ia pergi ke Kediri yang masyarakatnya masih menganut Hindu. Di sana ia mendirikan masjid Sangkal Daha dan mendirikan Pasujudan Sunan Bonang yang sangat terkenal.
Dalam berkelananya itu, Sunan Bonang akhirnya menetap di desa kecil di Lasem Jawa Tengah yaitu kurang lebih berjarak 15 km dari Rembang. Daerah itu kemudian terkenal dengan nama Bonang – sesuai nama Sunan Bonang. Di sana Sunan Bonang mendirikan pesantren yang saat ini bernama Watu Layar. Sunan Bonang juga ditunjuk sebagai imam besar Kesultanan Demak, beliau juga diangkat sebagai panglima tertinggi.
Sunan Bonang tetap mengunjungi daerah-daerah terpencil untuk menyebarkan Islam. Daerah seperti Tuban, Pati, Madura bahkan Pulau Bawean yang sangat sulit dijangkau pernah disentuh dengan dakwahnya.
Ajaran yang dibawa Sunan Bonang adalah campuran dari ajaran tasawuf dan ahlussunnah. Sunan Bonang sangat menguasai ilmu fiqih, usuludin, tasawuf, seni,sastra dan arsitektur. Sunan Bonang juga mendalami ilmu kebatinan dan ilmu dzikir. Bagi masyarakat yang pernah dikunjunginya, Sunan Bonang terkenal karena keahliannya dalam menemukan sumber air bagi daerah yang kering.
Dalam menyampaikan ajaran Islam, Sunan Bonang piawai memadukannya dengan tradisi masyarakat disana. Sunan Bonang juga bekerja sam adengan muridnya yaitu Sunan Kalijaga dalam menciptakan media penyampaian dakwah yang mudah difahami masyarakat.
Contohnya dalam pementasan wayang, Sunan Bonang sangat piawai menjadi dalang. Sunan Bonang menggubah lakon dan memasukkan ajaran Islam yang membuat penonton secara sadar ataupun tidak akhirnya menjadi pemeluk Islam yang benar. Sunan Bonang juga menggubah gamelan jawa yang saat itu sangat kental dengan ajaran Hindu. Sunan Bonang menambahkan instrumen Bonang. Gubahannya sangat kental dengan nuansa dzikir yang selalu mengingatkan masyarakat akan Alloh SWT. Salah satu karya Sunan Bonang yang sangat legendaris dan terkenal adalah tembang “Tombo Ati” atau lagu “Obat Hati”. Saat ini lagu tersebut dibawakan oleh penyanyi religi Opick.
Gamelan yang digubah Sunan Bonang
Sunan Bonang wafat tahun 1525 masehi. Makam aslinya sebenarnya berada di desa Bonang. Akan tetapi yang saat ini sering diziarahi adalah makam yang di Tuban. Mengapa seperti ini, karena konon saat beliau meninggal, seorang murid yang dari Madura ingin membawa jenazah gurunya untuk dimakamkan di Madura. Namun murid tersebut hanya berhasil membawa kain kafannya serta bajunya saja. Saat sampai Tuban, sang murid dari Madura dicegat oleh murid Sunan Bonang yang dari Tuban. Oleh sang murid yang dari Tuban, murid yang dari Madura disangka membawa jenazah sang Guru. Mereka pun berebut dan murid dari Tuban tadi berhasil membawa kain kafan dan baju-baju Sunan Bonang yang dikira jenazah Sunan Bonang, dia kemudian menguburkannya di Tuban.
Itulah Biografi Sunan Bonang, semoga bisa menambah khazanah keilmuan kita tentang penyebaran Islam di pulau Jawa.
Makam Sunan Bonang
Wali Songo
Read more...
 
Belajar © 2014 | Designed By Blogger Templates